Kejuaraan Asian BMX
Championships di Suphanburi, Thailand, 27–28 Mei 2017, memberikan kesan manis
untuk pembalap sepeda BMX yang masih junior, yaitu Imelda Tabita Deswari Putri.
Sebab,
dia berhasil menempati podium nomor dua setelah berjuang di kategori challenge
girl. Kejuaraan tingkat Asia itu diikuti pembalap dari Jepang, Tiongkok,
Myanmar, Singapura, Malaysia, Indonesia, serta Thailand.
Imelda
juga tergabung dengan Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Tercatat, ada tiga nama
dari Kota Malang yang masuk Timnas Indonesia. Di antaranya, Elga Kharisma
(kelas woman elite) dan Firman Chandra (kelas man elite).
Namun,
dua atlet itu hanya finis di posisi kelima dan gagal mendapatkan juara. ”Saya
bersungguh-sungguh sehingga bisa menjadi juara 2,” kata Imelda kemarin siang
(7/6).
Imelda yang lahir di Blitar, 21 Desember 2003, ini menceritakan, sebelum
mengikuti kejuaraan di Thailand, dia harus berlatih keras sejak akhir 2016.
Sayangnya, saat kejuaraan tersebut digelar, cuaca sangat panas, lalu turun
hujan.
Hal
itu membuat lintasan menjadi licin dan lembek. Namun, berkat konsentrasi yang
tinggi, Imelda berhasil mendulang prestasi di Negeri Gajah Putih itu. ”Cuaca
tidak bersahabat, tapi itu menjadi tantangan saya dan atlet lain yang
menggemari olahraga sepeda BMX,” kata Imelda.
Sebelum
menjalani kejuaraan di tingkat Asia, Imelda sudah mengoleksi banyak prestasi
dari tingkat regional hingga nasional. Di antaranya, juara 3 Pekan Olahraga
Remaja Provinsi (Porprov) 2015.
Dia
pun pernah meraih juara 1 dalam event internasional. Namun, dia mengaku lupa
nama event tersebut. ”Saya lupa nama kejuaraannya, tahun lalu banyak prestasi,”
kata remaja 14 tahun ini.
Imelda
menceritakan, sebelum menekuni dan menjadi atlet BMX, dia lebih dahulu
berkenalan dengan motocross. Sebab, ayahnya yang bernama Hana Yudianto
merupakan mantan pembalap motocross di Blitar.
Dialah
yang mengenalkan Imelda dengan motocross mesin 50 cc. Imelda yang masih berumur
4 tahun pun tertarik, hingga akhirnya rajin berlatih. Namun, suatu ketika
Imelda terjatuh saat latihan sampai kepalanya bocor. ”Setelah kecelakaan itu,
saya tidak meneruskan belajar motocross,” kata gadis yang suka bermain game
ini.
Hingga
kelas 4 SD, Imelda vakum berolahraga, dia lebih sering mengikuti lomba fashion
show dan kecantikan. Kemudian, dia mulai berkenalan kembali dengan BMX ketika
tetangganya menjadi pembalap BMX. ”Dalam waktu satu minggu, saya langsung
tertarik dengan BMX. Dan satu minggu kemudian, ikut kejuaraan BMX Open di
Surabaya dengan sepeda pinjaman,” kata Imelda.
Dia
menambahkan, kejuaraan pertama itu belum memperoleh juara. Setelah itu, ayah
Imelda membelikan sepeda dan rutin mengikuti kejuaraan BMX Open regional hingga
nasional. ”Selama dua tahun, saya latihan di Blitar, lalu pindah ke Malang agar
lebih banyak kejuaraan yang diikuti,” kata Imelda.
Hana
Yudianto membeberkan, dirinya yang berasal dari Blitar memilih pindah ke Malang
karena banyak atlet berprestasi yang berasal dari Malang. Jadi, dia tak ragu
memboyong anak tunggalnya ke Malang. ”Saya berkonsultasi dengan pembalap juga,
seperti Popo Ario Sejati, pembalap downhill dari Kota Malang. Hal itu membuat
saya makin yakin,” kata Hana.
Puncak
kebanggaan Hana adalah ketika Imelda berhasil masuk pelatihan nasional
(pelatnas) dan tergabung dengan Timnas Indonesia. Lantaran, untuk masuk Timnas
Indonesia harus membutuhkan banyak prestasi mulai tingkat regional, nasional,
dan internasional. ”Sebelum masuk timnas, Imelda pernah ikut kejuaraan BMX Open
di Thailand, dulu biaya sendiri,” kata pria yang berprofesi sebagai wiraswasta
ini.
Hingga
kini, Imelda telah mengikut 64 kejuaraan serta meraih 57 podium sejak Juni
2013. Dia termasuk anak baru dalam sepeda BMX, tetapi sudah bisa menorehkan
banyak prestasi. Agenda terdekat adalah kejuaraan di sirkuit Rock Hills,
Amerika Serikat, Juli mendatang.
Sementara
itu, kini dia tengah mengikuti pelatnas di Banyuwangi agar bisa meriah prestasi
kembali di tingkat internasional. ”Saya optimistis bisa berprestasi. Karena
itu, sekarang sedang disiplin berlatih,” ujar Imelda.
Selama
menekuni sepeda BMX, dia jarang menderita cedera parah seperti kepala bocor
saat berusia 4 tahun. Sebab, dia selalu berhati-hati serta fokus saat berlatih
dan mengikuti kejuaraan. Tipsnya, tidak boleh diam sebelum kejuaraan. Oleh
sebab itu, Imelda lebih suka mendengarkan musik atau bermain game. ”Agar tidak
grogi, banyak-banyak mendengarkan musik,” kata Imelda yang kini duduk di kelas
7 SMPN 10 Kota Malang ini.
Meskipun
olahraga sepeda BMX termasuk dalam olahraga yang ekstrem, tapi Imelda tak takut
jatuh dan terus belajar. Dia pun membutuhkan waktu enam bulan untuk bisa
menguasai teknik-teknik sepeda BMX.
Di
antaranya, melewati tanjakan dan jumping. Selain itu, harus menguasai lintasan
yang berupa tikungan. Bahkan, harus berani turun pada kejuaraan regional.
”Kira-kira, membutuhkan waktu enam bulan agar bisa menguasai sepeda BMX, tidak
sebentar untuk belajar, hehe,” kata siswi yang duduk di bangku SMP ini.
Imelda
menyatakan, saat kelas VI SD di tahun 2015, dia disarankan untuk menimba ilmu
di Kota Malang agar teknik dan prestasinya meningkat. Dia juga mendapatkan
dukungan penuh dari kedua orang tuanya sehingga bisa belajar ke Kota Malang.
Tepatnya di lintasan BMX Velodrome, Sawojajar, Kota Malang. ”Temannya Papa
memberi saran agar ikut klub atlet Kota Malang. Saya dan orang tua mengikuti,”
katanya.
Imelda
berusaha membagi waktu antara latihan dan sekolah. Dia pun menyempatkan untuk
berlatih saat hari libur. Dengan begitu, proses belajar di sekolah tetap berjalan.
”Saya mendapatkan banyak saran dan masukan. Tak hanya itu, saya juga
mempelajari teknik-teknik baru,” papar Imelda.
Seiring
berjalannya waktu, dia mendapatkan banyak kesempatan menjadi atlet. Mulai dari
atlet di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur (Jatim), hingga nasional. Dia pun
mengikuti tes untuk Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Provinsi Jatim.
”Saya ikut PPLP dan masuk di Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Kota Malang,”
katanya.
Saat
ini, dia mengaku tergabung dengan ISSI Kota Malang. Dia tengah melakukan
pemusatan latihan di Banyuwangi untuk Pelatihan Nasional (Pelatnas) Pratama
atau untuk pemula. Dengan demikian, dia mengunakan sebagian besar waktunya
untuk berlatih, sedangkan untuk ujian bisa ikut menyusul.
Sumber; radarmalang.id
0 komentar:
Post a Comment